Agatha Christie - Sepuluh anak negro

Здесь есть возможность читать онлайн «Agatha Christie - Sepuluh anak negro» весь текст электронной книги совершенно бесплатно (целиком полную версию без сокращений). В некоторых случаях можно слушать аудио, скачать через торрент в формате fb2 и присутствует краткое содержание. Город: Jakarta, Год выпуска: 1994, ISBN: 1994, Издательство: Gramedia, Жанр: Старинная литература, in. Описание произведения, (предисловие) а так же отзывы посетителей доступны на портале библиотеки ЛибКат.

Sepuluh anak negro: краткое содержание, описание и аннотация

Предлагаем к чтению аннотацию, описание, краткое содержание или предисловие (зависит от того, что написал сам автор книги «Sepuluh anak negro»). Если вы не нашли необходимую информацию о книге — напишите в комментариях, мы постараемся отыскать её.

Sepuluh orang diundang ke sebuah rumah mewah dan modern di Pulau Negro, di seberang pantai Devon. Walaupun mereka masing-masing menyimpan suatu rahasia, mereka tiba di pulau itu dengan penuh harapan, pada suatu sore musim panas yang indah.
Tetapi tiba-tiba saja terjadi serentetan kejadian misterius. Pulau itu berubah menjadi pulau maut yang mengerikan. Panik mencekam orang-orang itu ketika mereka satu demi satu meninggal… satu demi satu.

Sepuluh anak negro — читать онлайн бесплатно полную книгу (весь текст) целиком

Ниже представлен текст книги, разбитый по страницам. Система сохранения места последней прочитанной страницы, позволяет с удобством читать онлайн бесплатно книгу «Sepuluh anak negro», без необходимости каждый раз заново искать на чём Вы остановились. Поставьте закладку, и сможете в любой момент перейти на страницу, на которой закончили чтение.

Тёмная тема
Сбросить

Интервал:

Закладка:

Сделать

“Lalu apa, kalau bukan lelucon?”

Tangan hakim itu mengelus bibir atasnya.

Dia berkata,

“Pada saat ini saya belum siap untuk memberikan pendapat.”

Anthony Marston menyela. Dia berkata,

“Ada yang Anda lupakan. Siapa yang memutar gramophon ini?”

Wargrave bergumam,

Ya, saya rasa kita harus mencari tahu itu.”

Dia kembali ke ruang tamu. Yang lain mengikutinya.

Rogers baru saja masuk dengan segelas brandy . Nona Brent membungkuk didepan Nyonya Rogers. Dengan trampil Rogers menyelinap di antara kedua wanita itu.

“Maaf, Nona. Saya ingin bicara dengan dia. Ethel — Ethel — tidak apa-apa. Tidak apa-apa, engkau dengar? Kuatkan hatimu.”

Napas Nyonya Rogers menjadi cepat. Matanya, mata ketakutan, nyalang memandang berkeliling wajah demi wajah. Nada suara Rogers terdengar mendesak.

“Kuatkan hatimu, Ethel.”

Dokter Armstrong berkata menenangkan,

“Anda akan segera baik, Nyonya Rogers. Hanya kurang sehat saja.”

“Apakah saya pingsan, Tuan?” tanyanya.

“Ya.”

“Suara itu suara yang mengerikan — seperti pengadilan –”

Wajahnya menjadi pucat kembali. Kelopak matanya berkedip-kedip.

Dokter Armstrong berkata dengan tajam,

“Mana brandy -nya?”

Rogers telah meletakkan brandy itu di meja kecil.

Seseorang memberikannya pada dokter dan dia membungkuk di atas wanita yang terengah-engah itu.

“Minumlah, Nyonya Rogers.”

Dia minum, sedikit tersedak, dan terengah-engah.

Minuman itu membantunya. Mukanya kembali berwarna. Dia berkata,

“Saya tidak apa-apa sekarang. Itu — membuat saya kaget.”

Rogers berkata dengan cepat,

“Ya, memang. Saya sendiri juga kaget — sampai nampan itu terjatuh. Itu semua bohong! Saya ingin tahu –”

Perkataannya terpotong oleh sebuah batuk — hanya batuk kecil dan kering. Tetapi mampu membuatnya berhenti. Rogers memandang Tuan Justice Wargrave yang lalu batuk lagi. Kemudian dia berkata,

“Siapa yang meletakkan piringan ke atas gramophon. Apakah engkau, Rogers?”

Rogers berteriak,

“Saya tidak tahu apa isinya. Demi Tuhan, saya tidak tahu. Kalau saya tahu, saya tidak akan memutarnya.”

Tuan Hakim berkata,

“Itu mungkin benar. Tetapi aku rasa engkau lebih baik menjelaskannya, Rogers.”

Pelayan itu mengusap mukanya dengan sapu tangan. Dia berkata dengan sungguh-sungguh,

“Saya hanya mematuhi perintah saja, Tuan.”

“Perintah siapa?”

“Tuan Owen.”

Tuan Justice Wargrave berkata,

“Coba jelaskan. Perintah Tuan Owen — bagaimana tepatnya?”

Rogers berkata,

“Saya harus memasang piringan pada gramophon.

Piringan itu ada di laci. Istri saya harus memutarnya pada waktu saya memasuki ruang tamu dengan membawa kopi.”

Si Hakim menggumam,

“Cerita yang luar biasa.”

Rogers berteriak,

“Itu benar, Tuan. Saya berani bersumpah demi Tuhan, memang demikian. Saya tidak tahu sebelumnya apa isinya — tak sedikit pun. Piringan itu ada namanya. Saya kira piringan itu berisi lagu.”

Wargrave memandang pada Lombard.

“Apa ada judulnya?”

Lombard mengangguk. Dia menyeringai, menunjukkan gigi putihnya yang runcing runcing. Dia berkata,

“Benar, Tuan. Judulnya Swan Song …”

III

Jenderal Macarthur tiba-tiba berkata,

“Semuanya tidak masuk akal — tidak masuk akal! Membuat tuduhan seenaknya saja! Kita harus buat sesuatu. Si Owen ini, siapa pun dia —” Emily Brent menyela. Dia berkata dengan tajam, “Ya, Siapakah sebenarnya dia?”

Tuan Hakim mengambil alih pembicaraan. Dia berkata dengan suara berwibawa sebagaimana yang selalu terdengar di pengadilan,

“Itulah yang harus kita selidiki dengan hati-hati. Aku sarankan engkau membawa istrimu ke kamar lebih dahulu, Rogers. Kemudian kembali ke sini.”

“Baik, Tuan.”

Dokter Armstrong berkata,

“Aku akan membantumu, Rogers.”

Dengan bersandar kepada kedua lelaki tersebut, Nyonya Rogers meninggalkan ruangan. Ketika mereka telah pergi Tony Marston berkata,

“Saya akan minum. Apakah Anda juga mau?”

Lombard berkata,

“Ya, boleh.”

Tony berkata,

“Saya akan mengambilnya.”

Dia keluar ruangan.

Dengan cepat dia kembali.

“Saya temukan ini pada nampan di luar, siap untuk dibawa masuk.”

Dia meletakkan bawaannya dengan hati-hati. Satu dua menit berikutnya adalah acara membagi minuman. Jenderal Macarthur minum Whisky kental, demikian pula Tuan Hakim. Setiap orang merasa memerlukan perangsang. Hanya Emily Brent yang minta segelas air.

Dokter Armstrong masuk ke dalam ruangan lagi.

“Dia tidak apa-apa,” katanya. “Saya telah memberinya obat penenang. Apa itu, minuman? Saya juga mau.”

Beberapa tamu pria mengisi gelas mereka lagi.

Tidak lama kemudian Rogers masuk ke dalam ruangan.

Tuan Justice Wargrave memimpin sidang. Ruangan itu menjadi ruang sidang.

Tuan Hakim berkata,

“Baiklah, Rogers, kita harus mulai dari awal. Siapakah Tuan Owen ini?”

Rogers menatapnya.

“Dia pemilik rumah ini, Tuan.”

“Saya tahu. Yang ingin saya tanyakan apa yang kauketahui tentang dia?”

Rogers menggelengkan kepalanya.

“Saya tidak bisa mengatakan apa-apa, Tuan. Saya belum pernah bertemu dengan dia.” Ada sedikit keresahan dalam ruangan itu. Jenderal Macarthur berkata, “Engkau belum pernah bertemu dia? Apa maksudmu?”

“Saya dan istri saya belum seminggu di sini, Kami dihubungi dengan surat melalui suatu Agen Regina di Plymouth.”

Blore mengangguk.

“Perusahaan yang sudah cukup tua,” katanya.

Wargrave berkata,

’Apakah suratnya kaubawa?”

“Surat penerimaan kami? Tidak, Tuan. Saya tidak menyimpannya.”

“Teruskan ceritamu. Kau dihubungi dengan surat.”

“Ya, Tuan. Kami harus datang pada hari yang telah ditetapkan. Dan itu kami lakukan. Segala sesuatu telah disiapkan di sini. Banyak persediaan makanan, semuanya baik dan menyenangkan. Kami hanya perlu membersihkan sedikit-sedikit saja.”

“Apa lagi?”

“Tidak ada lagi, Tuan. Kami mendapat perintah dengan surat juga — untuk menyiapkan air kamar tamu untuk pesta di rumah. Dan kemarin petang saya mendapat surat lagi dari Tuan Owen. Dia mengatakan bahwa kedatangan mereka tertunda dan bahwa saya harus melayani dengan baik. Surat itu juga berisi instruksi untuk makan malam dan kopi dan menyetel piringan hitam.”

Tuan Hakim berkata dengan tajam,

“Tentunya surat itu masih ada, bukan?”

“Ya, Tuan, ini dia.”

Dia mengeluarkannya dari saku. Tuan Hakim mengambilnya. “Hm,” katanya. “Kertas surat Hotel Ritz dan diketik.”

Tiba tiba saja Blore sudah ada di sampingnya. Dia berkata, “Boleh saya melihatnya?”

Diambilnya surat itu dari tangan Tuan Hakim dan dibacanya. Dia menggumam,

“Mesin Coronation. Masih baru tidak ada cacatnya. Kertasnya — kertas yang banyak dipakai orang. Tidak ada petunjuk sama sekali. Mungkin sidik jari, tapi saya rasa tidak ada.”

Wargrave memandangnya penuh perhatian.

Anthony Marsten berdiri di samping Blore dan ikut melihat surat itu. Dia berkata,

“Nama baptisnya aneh bukan? Ulick Norma Owen. Panjang sekali.”

Tuan Hakim berkata,

“Anda benar, Tuan Marston. Anda telah mengalihkan perhatian saya pada suatu hal yang penting.”

Dia melihat berkeliling sambil menjulurkan lehernya dan bagaikan kura-kura marah dia berkata,

“Saya kira sudah tiba waktunya bagi kita semua untuk mengumpulkan keterangan. Sebaiknya setiap orang memberikan keterangan mengenai pemilik rumah ini.” Dia berhenti dan kemudian meneruskan, “Kita semua tamunya. Saya rasa dengan menceritakan dari awal bagaimana sampai kita datang ke sini, akan sangat membantu memecahkan persoalan ini.”

Читать дальше
Тёмная тема
Сбросить

Интервал:

Закладка:

Сделать

Похожие книги на «Sepuluh anak negro»

Представляем Вашему вниманию похожие книги на «Sepuluh anak negro» списком для выбора. Мы отобрали схожую по названию и смыслу литературу в надежде предоставить читателям больше вариантов отыскать новые, интересные, ещё непрочитанные произведения.


Отзывы о книге «Sepuluh anak negro»

Обсуждение, отзывы о книге «Sepuluh anak negro» и просто собственные мнения читателей. Оставьте ваши комментарии, напишите, что Вы думаете о произведении, его смысле или главных героях. Укажите что конкретно понравилось, а что нет, и почему Вы так считаете.

x