Dia melanjutkan,
“Itu memang mungkin. Akan tetapi sejauh itu tidak ada bahaya langsung yang mereka rasakan. Kemudian, tadi malam, suatu suara gila membongkar kejadian itu. Apa yang terjadi? Wanita itu berantakan. Perhatikan bagaimana sikap suaminya ketika dia siuman. Sama sekali tidak menunjukkan kekuatiran sebagai seorang suami! Dia seperti kucing di atas bara api. Ketakutan setengah mati kalau-kalau istrinya mengatakan sesuatu.
“Dan tentang posisi mereka itu! Mereka telah melakukan pembunuhan itu dan bebas. Tetapi jika hal ini diungkit-ungkit lagi, apa yang akan terjadi? Sepuluh dibanding satu, wanita itu pasti akan mengaku. Dia tidak mempunyai cukup kekuatan untuk tetap berpura-pura. Dia merupakan bahaya besar bagi suaminya, itulah dia. Suaminya memang tidak apa-apa. Dia akan tetap berbohong dengan wajah suci sampai kiamat — tetapi dia tidak bisa mempercayai istrinya ! Dan kalau wanita itu mengaku, lehernya akan terancam! Jadi dia memasukkan sesuatu ke dalam teh istrinya untuk mencegah mulutnya mengatakan sesuatu lebih jauh.”
Armstrong berkata perlahan-lahan,
“Di samping tempat tidurnya tidak ada cangkir kosong — tidak ada apa-apa di sana. Saya sendiri melihatnya.”
Blore mendengus.
“Tentu saja tidak ada apa-apa! Yang dilakukan pertama kali oleh Rogers kalau wanita itu minum sesuatu adalah mengambil cangkir itu dan mencucinya.”
Sunyi sesaat. Kemudian jenderal Macarthur berkata dengan ragu-ragu,
“Mungkin hal ini benar. Tetapi rasanya tidak mungkin seorang suami akan melakukan hal yang demikian — kepada istrinya.”
Blore tertawa pendek.
Dia berkata,
“Kalau seorang laki-laki dalam bahaya, dia tidak akan berpikir terlalu lama tentang perasaan.”
Hening sejenak. Sebelum ada yang mulai bicara, pintu terbuka dan Rogers masuk.
Dia berkata sambil melihat pada setiap orang,
“Ada sesuatu yang Anda perlukan?”
Tuan Justice Wargrave menggerakkan badannya. Dia berkata,
“Jam berapa biasanya perahu itu datang?”
“Antara jam tujuh dan delapan, Tuan. Kadang-kadang jam delapan lebih. Saya tidak tahu apa yang dilakukan Fred Narracot pagi ini. Kalau dia sakit dia akan digantikan adiknya.”
Philip Lombard berkata, “Jam berapa sekarang?”
’Jam sepuluh kurang sepuluh, Tuan.”
Alis mata Lombard terangkat. Dia menganggukkan kepala pada dirinya sendiri.
Rogers menunggu sejenak.
Tiba-tiba jenderal Macarthur berkata dengan keras,
“Ikut berdukacita atas meninggalnya istrimu, Rogers. Dokter baru saja memberi tafiu kami.”
Rogers menundukkan kepalanya.
“Ya, Tuan. Terima kasih, Tuan.”
Dia mengambil piring ham yang kosong dan keluar.
Sepi lagi.
Di teras luar Philip Lombard berkata,
“Tentang perahu itu—”
Blore memandangnya.
Blore menganggukkan kepalanya.
Dia berkata,
“Saya tahu apa yang Anda pikirkan, Tuan Lombard. Saya sendiri menanyakan pertanyaan yang sama pada diri saya. Perahu motor itu seharusnya sudah ada di sini kurang lebih dua jam yang lalu. Tapi sampai sekarang belum datang juga. Mengapa?”
“Sudah menemukan jawabnya?” tanya Lombard.
“ Ini bukan suatu kebetulan — itulah yang saya katakan. Ini merupakan bagian dari rencana keseluruhan. Semua saling berkaitan.”
Philip Lombard berkata,
“Anda pikir perahu itu tidak akan datang?”
Sebuah suara terdengar di belakangnya — suara marah dan tidak sabar.
“Perahu motor itu tidak datang,” katanya.
Blore sedikit menggerakkan bahunya yang bidang dan memperhatikan si pembicara dengan seksama.
“Anda juga berpendapat demikian, jenderal?”
Jenderal Macarthur berkata dengan tajam,
“Tentu saja perahu itu tidak akan datang. Kita mengharap perahu itu bisa membawa kita dari pulau ini. Itulah maksudnya. Kita tidak akan meninggalkan pulau ini … Tidak seorang pun dari kita yang akan meninggalkan pulau… Ini adalah akhir-akhir segalanya….”
Dia ragu-ragu, kemudian dia berkata dengan suara rendah dan aneh,
“Itulah kedamaian — betul-betul kedamaian. Sampai pada akhir — tidak perlu meneruskan… Ya, damai…”
Dia berbalik dengan cepat dan pergi. Berjalan sepanjang teras, menuruni karang curam terus ke laut — ke ujung pulau di mana bongkah-bongkah karang masuk ke dalam air.
Dia berjalan dengan agak sempoyongan; seperti orang yang setengah tidur.
Blore berkata,
“Satu orang lagi yang gila! Kelihatannya kita semua akan seperti dia.”
Philip Lombard berkata, “Saya rasa Anda tidak, Blore.” Bekas inspektur itu tertawa.
“Perlu usaha yang cukup keras untuk membuat saya begitu.” Dia menambahkan dengan getir, “Dan saya rasa Anda juga tidak akan demikian, Tuan Lombard.”
Philip Lombard berkata, “Saya merasa cukup waras pada saat ini. Terima kasih.”
Dokter Armstrong keluar, ke teras. Dia berdiri di sana dengan ragu-ragu. Di sebelah kirinya ada Blore dan Lombard. Di sebelah kanan ada Wargrave, yang perlahan-lahan berjalan mondar-mandir dengan kepala tertunduk.
Setelah sesaat ragu-ragu, Armstrong menoleh pada Wargrave.
Tapi pada saat itu Rogers keluar rumah dengan tergopoh-gopoh.
“Bisakah saya bicara dengan Anda, Tuan?”
Armstrong menoleh.
Dia terkejut melihat laki-laki itu.
Wajah Rogers pucat. Tangannya gemetar.
Keadaan ini berbeda sekali dengan sikapnya beberapa menit yang lalu sehingga Armstrong dengan segera mengikutinya.
“Saya ingin bicara dengan Anda, Tuan. Di dalam, Tuan.”
Tuan Dokter berputar dan masuk kembali ke dalam rumah bersama-sama pelayan yang sedang kebingungan itu. Dia berkata,
“Ada apa, Rogers? Tenangkan hatimu.”
“Ke dalam sini, Tuan. Silakan ke dalam.”
Dia membuka pintu ruang makan. Tuan Dokter lewat.
Rogers mengikuti dan menutup pintu.
“Nah,”’ kata Armstrong. “Ada apa?”
Rogers berusaha untuk bicara. Dia menelan ludah. Dia berkata dengan terburu-buru,
“Ada sesuatu yang terjadi yang saya tidak mengerti, Tuan.”
“’Sesuatu? Apa itu?”
“Anda akan mengira saya gila, Tuan. Anda akan mengatakan itu bukan apa-apa. Tetapi ini harus dijelaskan, Tuan. Harus ada penjelasan.. Sebab hal itu tidak masuk akal.”
“Baiklah, katakan hal itu. Jangan bicara berbelit-belit.”
Rogers menelan ludah lagi.
Dia berkata,
“ Ini — tentang boneka porselin kecil itu, Tuan. Yang ada di tengah meja. Boneka porselin kecil. Dulu ada sepuluh biji. Saya berani sumpah ada sepuluh.”
Armstrong berkata,
“Ya, sepuluh. Kami menghitungnya pada waktu makan malam kemarin.”
Rogers mendekatinya.
“Itulah, Tuan. Kemarin malam, ketika saya membersihkan meja, hanya ada sembilan biji. Saya tahu hal itu dan saya anggap aneh. Tetapi saya hanya berpikir sampai di situ saja. Dan sekarang Tuan, pagi ini. Saya tidak memperhatikannya ketika saya menyiapkan makan pagi. Tetapi, Tuan, ketika saya membersihkan meja — lihatlah sendiri Tuan bila Anda tidak percaya. Hanya tinggal delapan , Tuan! Hanya delapan! Sulit dipercaya, bukan? Hanya delapan …”
Setelah makan pagi Emily Brent mengajak Vera Daythorne naik ke puncak pulau lagi dan meliha kalau-kalau perahu datang. Vera setuju.
Angin berhembus menyegarkan. Ujung-ujung ombak yang putih bermunculan di laut. Tak kelihatan perahu nelayan keluar — dan tidak ada tanda-tanda perahu motor itu.
Desa Sticklehaven tidak kelihatan, hanya bukit di atasnya saja yang terlihat; karang merah yang menonjol menyembunyikan teluk kecil di dekatnya.
Emilly Brent berkata,
“Laki-laki yang menyeberangkan kita kemari kelihatannya bisa dipercaya. Sangat aneh kalau pagi ini dia terlambat datang.”
Читать дальше