Langkah-langkah itu terdengar halus sepanjang lorong (baik kamar Lombard maupun Armstrong terletak lebih jauh dari tangga daripada kamarnya). Tanpa ragu-ragu langkah-langkah itu melewati kamarnya.
Ketika itulah Blore membuat keputusan.
Dia akan melihat siapa dia! Langkah-langkah itu dengan pasti melewati kamarnya menuju tangga. Kemana orang itu?
Dan jika Blore bergerak, maka dia akan bergerak dengan cepat dan mengherankan karena dia kelihatan begitu berat dan lamban. Dia berjingkat kembali ke tempat tidur, memasukkan korek api ke dalam sakunya, melepas steker lampu di atas tempat tidurnya dan melilitkan kabel pada steker itu. Benda itu terbuat dari khrom dengan dasar ebonit yang berat — sebuah senjata yang berguna.
Dia meloncat tanpa suara ke pintu kamar, mengangkat kursi dari bawah, handel pintu — dan dengan hati-hati membuka kunci dan gerendel pintunya. Dia keluar ke lorong. Dari bawah terdengar suara samar-samar. Dengan berkaus kaki Blore berlari menuju tangga tanpa bersuara.
Pada saat itu barulah dia sadar mengapa dia bisa mendengar suara-suara tadi dengan jelas. Tidak ada angin sama sekali, dan langit pasti terang. Ada cahaya bulan yang terlihat sedikit dari jendela di dekat tangga yang menerangi ruangan di bawah.
Blore melihat sekejap sebuah bayangan melewati pintu depan.
Ketika dia sedang menuruni tangga dan mengejar, tiba-tiba dia berhenti.
Sekali lagi, hampir saja dia berbuat tolol! Ini mungkin perangkap untuk memancingnya ke luar rumah!
Tetapi yang tidak disadari orang itu adalah dia telah membuat kekeliruan, dia menyerahkan diri ke tangan Blore.
Dari ketiga kamar di atas, satu pasti kosong . Yang harus dilakukan ialah melihat kamar yang mana !
Perlahan-lahan Blore kembali ke lorong.
Pertama-tama dia berhenti di depan pintu Dokter Armstrong dan mengetuk. Tidak ada jawaban.
Dia menunggu sebentar, lalu pergi ke kamar Philip Lombard.
Di sini dia langsung mendapat jawaban.
“Siapa itu?”
“Blore. Saya kira Armstrong tidak ada di kamarnya. Tunggu sebentar.”
Dia menuju ujung lorong. Dia mengetuk lagi.
“Nona Claythorne. Nona Claythorne.”
Dengan suara terkejut Vera menjawab,
“Siapa itu? Ada apa?”
“Tidak apa-apa, Nona Claythorne. Tunggu sebentar. Saya akan kembali.”
Dia berlari ke kamar Lombard. Pintu kamarnya terbuka. Lombard berdiri di situ. Dia memegang lilin di tangan kiri. Dia memakai, celana di luar piyamanya. Tangan kanannya memegang saku jaket piyamanya. Dia berkata dengan tajam,
“Ada apa?”
Blore menjelaskan dengan cepat. Mata Lombard terangkat naik.
“ Armstrong — eh ? Jadi dia ?” Dia bergerak menuju pintu Armstrong. “Maaf, Blore, saya tidak bisa percaya begitu saja.”
Dia mengetuk dengan keras.
“Armstrong — Armstrong.”
Tidak ada jawaban.
Lombard membungkuk dan mengintip dari lubang kunci. Dia memasukkan kelingkingnya ke lubang itu.
Dia berkata,
“Kuncinya tidak ada di dalam.”
Blore berkata,
“Itu berarti dia mengunci dari luar dan membawa kuncinya.”
Philip mengangguk.
“Tindakan pencegahan yang biasa. Kita akan menangkapnya, Blore … Kali ini kita akan menangkapnya . Sebentar.”
Dia berlari ke kamar Vera.
“Vera.”
“Ya.”
“Kami akan memburu Armstrong. Dia keluar kamarnya. Jangan membuka pintu kamar . Mengerti?”
“Ya, saya mengerti.”
“Kalau Armstrong datang dan berkata bahwa saya atau Blore terbunuh, jangan percaya . Tahu? Boleh buka pintu kalau Blore dan saya yang berbicara pada Anda.
Mengerti?”
Vera berkata,
“Ya. Saya bukan orang tolol.”
Lombard berkata,
“Bagus.”
Dia mendekati Blore. Dia berkata,
“Dan sekarang — kita kejar dia. Perburuan dimulai!”
Blore berkata,
“Sebaiknya kita hati-hati. Dia menyimpan pestol itu, ingat!”
Sambil berdecak Philip Lombard berlari menuruni anak tangga.
Dia berkata,
“Anda keliru.” Dia membuka pintu luar sambil mengingatkan, “Dorong kembali gerendel itu — jadi dia tidak bisa masuk dengan gampang.”
Dia terus berkata,
“Saya membawa pestol itu!” Diperlihatkannya pestol yang ada di sakunya sambil berbicara. “Ketemu lagi di dalam laci.”
Blore berhenti di anak tangga. Wajahnya berubah.
Philip Lombard melihatnya.
“Jangan tolol, Blore! Saya tidak akan menembak Anda!
Kembali dan bersembunyilah bila mau! Saya akan memburu Armstrong.”
Dia terus melangkah dalam cahaya terang bulan.
Setelah sejenak ragu-ragu, Blore mengikutinya.
Dia berpikir:
“Saya kira, sayalah yang tadi memulainya. Bagaimanapun –”
Bagaimanapun dia pernah menangani penjahat-penjahat bersenjata api. Apa pun yang kurang pada dirinya. Blore tidak kurang keberanian. Tunjukkan bahaya itu maka dia akan menghadapinya dengan gagah. Dia tidak takut pada bahaya dalam ruang terbuka, tapi yang ditakuti adalah bahaya yang tidak pasti dan yang diwarnai dengan hal-hal gaib.
Sambil menunggu mereka, Vera bangun dan berpakaian.
Sesekali dia menoleh ke pintu. Pintu itu bagus dan kuat. Pintu itu dikunci dan digerendel dan dia menempatkan sebuah kursi jati di bawahnya.
Pintu itu tidak bisa dibuka dengan paksa.
Lebih-lebih oleh Dokter Armstrong. Secara fisik laki-laki itu bukan orang yang kuat.
Seandainya dia adalah Armstrong dan punya rencana untuk membunuh, dia akan menggunakan akalnya dan bukan kekuatan fislknya.
Vera membayangkan senjata apa kira-kira yang akan dipakai oleh Armstrong.
Seperti telah dikuatirkan oleh Philip, dia mungkin akan mengatakan bahwa Lombard atau Blore sudah mati.
Atau dia berpura-pura terluka dan mengetuk pintu kamarnya.
Ada kemungkinan-kemungkinan yang lain. Dia bisa mengatakan bahwa rumah itu terbakar. Atau lebih jauh lagi dia akan membakar rumah itu… Ya, itu merupakan suatu kemungkinan. Dia memancing kedua laki-laki itu keluar dan karena sebelumnya sudah mengguyur rumah itu dengan minyak, dia mungkin akan membakarnya. Dan karena Vera begitu tolol dia akan terus bersembunyi sampai rumah itu termakan api.
Dia melangkah kejendela. Tidak terlalu tinggi. Dia bisa melarikan diri dari jendela itu. Itu berarti dia harus meloncat turun. Tapi di bawah jendela banyak rumpun bunga.
Dia duduk dan mengambil buku hariannya, lalu menulis dengan tulisan yang jelas.
Orang harus melewatkan waktu sebaik-baiknya.
Tiba-tiba dia berhenti. Dia mendengar suara Kalau tidak salah itu suara kaca pecah. Dan suara itu datang dari bawah.
Dia berusaha untuk mendengarkan dengan lebih baik, tapi suara itu tidak terdengar lagi.
Dia mendengar, atau mengira mendengar suara langkah yang sangat halus, derit anak tangga, gerisik baju — tapi dia tidak bisa memastikan apakah suara itu benar-benar ada ataukah hanya iniajinasinya saja.
Tetapi kemudian dia mendengar suara yang lebih jelas. Suara langkah di lantai bawah — dan suara orang berbisik-bisik. Kemudian suara seseorang menaiki tangga — pintu dibuka dan ditutup langkah-langkah kaki naik ke loteng. Dan terdengar suara berisik yang lebih keras lagi.
Akhirnya langkah-langkah kaki itu terdengar di lorong. Suara Lombard terdengar,
“Vera. Anda baik-baik saja?”
“Ya. Ada apa?”
Blore berkata,
“Boleh kami masuk?”
Vera melangkah ke pintu. Dia mengangkat kursi, membuka kunci dan gerendel. Dia membuka pintu. Kedua laki-laki itu terengah-engah. Kaki dan bagian bawah celana mereka basah.
Vera bertanya,
“Apa yang terjadi?”
Lombard berkata,
“ Armstrong menghilang… ”
Vera berteriak,
“Apa?”
Lombard berkata,
“Lenyap dari pulau ini.”
Читать дальше