Андреа Хирата - Laskar Pelangi
Здесь есть возможность читать онлайн «Андреа Хирата - Laskar Pelangi» весь текст электронной книги совершенно бесплатно (целиком полную версию без сокращений). В некоторых случаях можно слушать аудио, скачать через торрент в формате fb2 и присутствует краткое содержание. Год выпуска: 2005, ISBN: 2005, Издательство: Penerbit Bentang, Жанр: Старинная литература, id. Описание произведения, (предисловие) а так же отзывы посетителей доступны на портале библиотеки ЛибКат.
- Название:Laskar Pelangi
- Автор:
- Издательство:Penerbit Bentang
- Жанр:
- Год:2005
- ISBN:9789793062792
- Рейтинг книги:3 / 5. Голосов: 1
-
Избранное:Добавить в избранное
- Отзывы:
-
Ваша оценка:
- 60
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
Laskar Pelangi: краткое содержание, описание и аннотация
Предлагаем к чтению аннотацию, описание, краткое содержание или предисловие (зависит от того, что написал сам автор книги «Laskar Pelangi»). Если вы не нашли необходимую информацию о книге — напишите в комментариях, мы постараемся отыскать её.
Laskar Pelangi — читать онлайн бесплатно полную книгу (весь текст) целиком
Ниже представлен текст книги, разбитый по страницам. Система сохранения места последней прочитанной страницы, позволяет с удобством читать онлайн бесплатно книгу «Laskar Pelangi», без необходимости каждый раз заново искать на чём Вы остановились. Поставьте закладку, и сможете в любой момент перейти на страницу, на которой закончили чтение.
Интервал:
Закладка:
Aku belajar keras sepanjang malam, tapi tak pernah sedikit pun, sedetik pun bisa melampaui Lintang. Nilaiku sedikit lebih baik dari rata-rata kelas namun jauh tertinggal dari nilainya. Aku berada di bawah bayang-bayangnya sekian lama, sudah terlalu lama malah. Rangking duaku abadi, tak berubah sejak caturwulan pertama kelas satu SD. Abadi seperti lukisan ibu menggendong anak di bulan. Rival terberatku, musuh bebuyutanku adalah temanku sebangku, yang aku sayangi.
Dapat dikatakan bahwa Bu Mus sering kewalahan menghadapi Lintang, terutama untuk pelajaran matematika, sehingga ia sering diminta membantu. Ketika Lintang menerangkan sebuah persoalan rumit dan membaut simbol-simbol rahasia matematika menjadi sinar yang memberi terang bagi kami, Bu Mus memerhatikan dengan seksama bukan hanya apa yang diucapkan Lintang tapi juga pendekatannya dalam menjelaskan. Lalu beliau menggeleng-gelengkan kepalanya, komat-kamit, berbicara sendiri tak jelas seperti orang menggerendeng. Belakangan aku tahu apa yang dikomat-kamitkan beliau.; Bu Mus mengucapkan pelan-pelan kata-kata penuh kagum,
“Subhanallah….Subhanallah….”
“Yang paling membuatku terpesona,” cerita Bu Mus pada ibuku. “Adalah kemampuannya menemukan jawaban dengan cara lain, cara yang tak pernah terpikirkan olehku,” sambungnya sambil membetulkan jilbab.
“Lintang mampu menjawab sebuah pertanyaan matematika melalui paling tidak tiga cara, padahal aku hanya mengajarkan satu cara. Dan ia menunjukkan padaku bagaimana menemukan jawaban tersebut melalui tiga cara lainnya yang tak pernah sedikit pun aku ajarkan! Logikanya luar biasa, daya pikirnya meluap-luap. Aku sudah tak bisa lagi mengatasi anak pesisir ini Ibunda Guru.”
Bu Mus tampak bingung sekaligus bangga memiliki murid sepandai itu. Sebaliknya, ibuku, seperti biasa, sangat tertarik pada halhal yang aneh.
“Ceritakan lagi padaku kehebatannya yang lain,” pancing beliau memanasi Bu Mus sambil memajukan posisi duduknya, mendekatkan keminangan tempat cupu-cupu gambir dan kapur, lalu meludahkan sirih melalui jendela rumah panggung kami. Dan tak ada yang lebih membahagiakan seorang guru selain mendapatkan seorang murid yang pintar. Kecemerlangan Lintang membawa gairah segar di sekolah tua kami yang mulai kehabisan napas, megap-megap melawan paradigma materialisme sistem pendidikan zaman baru. Sekarang suasana belajar mengajar di sekolah kami menjadi berbeda karena kehadiran Lintang, hanya tinggal menunggu kesempatan saja baginya untuk mengharumkan nama perguruan Muhammadiyah. Lintang dengan segala daya tarik kecerdasannya daalah gemerincing tamborin yang nakal, bernada miring, dalam alunan stambul gaya lama. Dialah mantar dalam rima-rima gurindam1 yang itu-itu saja. Dia ikan lele yang menggeliat dalam timbunan lumpur berku kemarau sekolah kami yang telah bosan dihina. Tubuhnya yang kurus menjadi siku-siku yang mengeakkan kembali tiang utama perguruan Muhammadiyah yang bahkan belum tentu tahun depan mendapatkan murid baru. Dewan guru tak henti-hentinya membicarakan nilai rapor Lintang. Angka sembilan berjejer mulai dari pelajaran aqaid (akidah), Al-Qur’an, fikih, tarikh Islam, budi pekerti, kemuhammadiyahan, pendidikan kewarganegaraan, ilmu bumi, dan bahasa Inggris. Untuk biologi, matematika dan semua variannya: ilmu ukur, aritmatika, aljabar, dan ilmu pengetahuan alam bahkan Bu Mus berani bertanggung jawab untuk memberi nilai sempurna: sepuluh. Kehebatan Lintang tak terbendung, kepiawaiannya mulai kondang ke seantero kampung. Dan yang lebih mendebarkan, karena reputasinya itu, kami dipertimbangkan untuk diundang mengikuti lomba kecerdasan antarsekolah yang dapat menaikkan gengsi sekolah setinggi rasi bintang Auriga2. Sudah demikian lama kami tak diundang dalam acara bergengsi ini karena prestasi sekolah selalu di bawah rata-rata.
Nilai terendah di rapor Lintang, yaitu delapan, hanya pada mata pelajaran kesenian. Walaupun sudah berusaha sekuat tenaga dan mengerahkan segenap daya pikir dia tak mampu mencapai angka sembilan karena tak memapu bersaing dengan seorang pria muda berpenampilan eksentrik, bertubuh ceking, dan berwajah tampan yang duduk di pojok sana sebangku dengan Trapani. Nilai sembilan untuk pelajaran kesenian selalu milik pria itu, namanya Mahar.
Bab 12
Mahar
BAKAT laksana Area 51 di Gurun Nevada, tempat di mana mayatmayat alien disembunyikan: misterius! Jika setiap orang tahu dengan pasti apa bakatnya maka itu adalah utopia. Sayangnay utopia tak ada dalam dunia nyata. Bakat tidak seperti alergi, dan ia tidak otomatis timbul seperti jerawat, tapi dalam banyak kejadian ia harus ditemukan. Banyak orang yang berusaha mati-matian menemukan bakatnya dan banyak pula yang menunggu seumur hidup agar bakatnya atau dirinya ditemukan, tapi lebih banyak lagi yang merasa dirinya berbakat padahal tidak. Bakat menghinggapi orang tanpa diundang. Bakat main bola seperti Van Basten mungkin diam-diam dimiliki seorang tukang taksir di kantor pegadaian di Tanjong Pandan. Seorang Karl Marx yang lain bisa saja sekarang sedang duduk menjaga wartel di sebuah kampus di Bandung. Seorang kondektur ternyata adalah John Denver, seorang salesman ternyata berpotensi menjadi penembak jitu, atau salah seorang tukang nasi bebek di Surabaya ternyata berbakat menjadi komposer besar seperti Zuybin Mehta. Namun, mereka sendiri tak pernah mengetahui hal itu. Si tukang taksir terlalu sibuk melayani orang Belitong yang kehabisan uang sehingga tak punya waktu main bola, sang penjaga wartel sepanjang hari hanya duduk memandangi struk yang menjulur-julur dari printer Epson yang bunyinya merisaukan seperti lidah wanita dalam film Perempuan Berambut Api, kondektur dan salesman setiap hari mengukur jalan, dan lingkungan si tukang nasi bebek sama sekali jauh dari sesuatu yang berhubungan dengan musik klasik. Ia hanya tahu bahwa jika mendengarkan orkestra telinganya mampu melacak nada demi nada yang berdenting dari setiap instrumen dan hatinya bergetar hebat. Sayangnya sepanjang hidup-nya ia tak pernah mendapat kesempatan sekali pun memegang alat musik, dan tak juga pernah ada seorang pun yang menemukannya. Maka ketika ia mati, bakat besar gilang gemilang pun ikut terkubur bersamanya. Seperti mutiara yang tertelan kerang, tak pernah seorang pun melihat kilaunya.
Karena bakat sering kali harus ditemukan, maka ada orang yang berprofesi sebagai pemandu bakat. Di Amerika orang-orang seperti ini khusus berkeliling dari satu negara bagian ke negara baigan lain untuk mencari pemain baseball potensial. Jika — satu di antara sejuta kemungkinan — orang ini tak pernah menghampiri seseorang yang sesungguhnya berbakat, maka hanya nasib yang menentukan apakah bakat seseorang tersebut pernah ditemukan atau tidak, pelajaran moral nomor empat: Ternyata nasib yang juga sangat misterius itu adalah seorang pemandu bakat! Hal ini paling tidak dibuktikan oelh Forest Gump, jika ia tidak mendaftar menjadi tentara dan jika ia tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di barak pada suatu sore maka mungkin ia tak pernah tahu kalau ia sangat berbakat bermain tenis meja. Ritchie Blackmore juga begitu, kalau orang tuanya membelikan papan catur untuk hadiah ulang tahun mungkin ia tak pernah tahu kalau dia berbakat menjadi seorang gitaris classic rock. Dan di siang yang panas menggelegak ini, ketika pelajaran seni suara, di salah satu sudut kumuh perguran miskin Muhammadiyah, kami menjadi saksi bagaimana nasib menemukan bakat Mahar. Mulanya Bu Mus meminta A Kiong maju ke depan kelas untuk menyanyikan sebuah lagu, dan seperti diduga — hal ini sudah delapan belas kali terjadi — ia akan membawakan lagu yang sama yaitu Berkibarlah Benderaku karya Ibu Sud.
“…berkiballah bendelaku….”
“…lambang suci gagah pelwila….”
“… bergelak-bergelak! Selentak… selentak…!”
Читать дальшеИнтервал:
Закладка:
Похожие книги на «Laskar Pelangi»
Представляем Вашему вниманию похожие книги на «Laskar Pelangi» списком для выбора. Мы отобрали схожую по названию и смыслу литературу в надежде предоставить читателям больше вариантов отыскать новые, интересные, ещё непрочитанные произведения.
Обсуждение, отзывы о книге «Laskar Pelangi» и просто собственные мнения читателей. Оставьте ваши комментарии, напишите, что Вы думаете о произведении, его смысле или главных героях. Укажите что конкретно понравилось, а что нет, и почему Вы так считаете.